Friday, 14 June 2013

Sholat Jumat teng Masjid Baitussalam

Gandul (14/6/13) – PegaganKidulNews, seperti kebanyakan umat islam di dunia jikalau pada hari jumat tentunya umat pun melaksanakan kewajiban sholat jumat di masjid, sama halnya di Desa Pegagan Kidul, sentral masyrakat untuk melaksanakan Sholat jumat adalah di Masjid Baitussalam.
Masjid Baitussalam Desa Pegagan Kidul merupakan pusat ibadah bagi masyarakat Pegagan Kidul secara khusus, juga masyarakat sekitar secara umum. Setiap jumat jamaah nya pun berjebul sampai halaman masjid pun dipakai untuk tempat sholat.
Dalam menyabut bulan Ramadhan kali ini Khotib berbicara bagamana kita harus mempersiapkan Dallam menyambut bulan suci Ramadhan, tetntunya dengan berbagai macam cara terutama bagaimana meningkatkan iman dan takwa serta memperbanyak Al qur’an agar di saat bulan ramadhan kita bisa berlomba lomba dalam mendapatkan pahala, begitu kata KH. Bahrudin selaku Imam dan Khotib, serta dengan muadzin saudara Mukhlas juga Murokhi yaitu saudara Udin.
Dengan penyampaian KH. Bakhrudin mudah – mudahan Umat Islam di Desa Pegagan Kidul Bisa meningkatkan iman dan Taqwa terhada Tuhan Yang Maha Esa. Amin

art@beng.com



Wednesday, 12 June 2013

PASAR KEMISAN

Gandul (13-6-13) – Kemisan, sentral kegiatan perekonomian di Desa Pegagan Kidul untuk memenuhi kebutuhan masyarakat ya  masyarakat dari berbagai penjuru desa, baik wilayah sendiri ataupun masyarakat dari desa lain.
ng dikhususkan pada hari kamis, kemisan mulai pada pukul 6 pagi sampai jam 11 siang, walaupun dengan waktu yang singkat mampu menyedot
Berbagai macam yang berjualan di pasar ini dari barang berkebutuhan pokok ataupun barang yang lainnya, misalnya pedagang alat rumah tangga, baju, pedagang sayur – sayuran, lauk pauk, ya selayaknya pasar tradisional lainnya.
Kemisan ini dulunya hadir dari malam kamis sampai siang kamisnya, malam kamisnya dulu dijadikan sebagai ajang mencari pacar kalau istilah sekarang pasar senggol, dengan posisi tersebut akhirnya banyak factor yang akhirnya untuk malam ditiadakan sesuai dengan peraturan pemerintah desa, kini pasar kemisan hadir setiap pagi sampai siang di hari kamis itu sendiri.
Masyarakat Pegagan kidul pun di untungkan dengan adanya kemisan ini, tentunya untuk memenuhi kebutuhan setiap hari tinggal menunggu hari kamis dan tentunya tidak mengeluarkan ongkos dan waktu yang banyak karena kini kemisan sudah penuhdari pangkalan ojeg yang mau masuk arah desa sampai berakhir di tanggul sudah terpenuhi oleh penjual.
Sesuai pantauan PegagankidulNews pengunjung pun sangat antusias dengan adanya pasar ini dilihat sangat bersemangantnya pengnjung untuk menikmati pasar ini walaupun keadaan jalan sangat becek karena tadi malam sempat diguyur hujan akan tetapi masayarakat tetap berjubel memadati pasar ini.

art@beng.com

Tuesday, 11 June 2013

NGAJI REBOAN

Pegagan Kidul (12/6/13)-Ngaji reboan adalah sebuah rutinitas keagamaan yang dilakukan pada hari rabu *sesuai namanya reboan kegiatan ini adalah agenda rutin yang dilakukan oleh pihak DKM Baitussalam Desa Pegagan Kidul, yang sudah dilakukan lebih dari 10 tahun yang lalu. Jami’aynya pun tidak hanya dari masyarakat Desa Pegagan Kidul ada pula dari tetangga desa dan masyarakat pegagan kidul sendiri.

Ngaji reboan biasanya juga di bilang nagji kuping karena ngaji tersbut hanya mendengarkan apa yang di sampaikan oleh para ustadz, dari dulu ustadz pun berganti ganti, sekarang yang memberikan tausiyah adalah ustadz kang Aziz putranya Bpk Ustadz Mansyur selaku Ketua DKM Baitussalam Pegagan Kidul, setelah itu di tutup oleh KH. Abdusshomad, Kiyai terpandang di Kawasan Kapetakan dan juga ketua MUI Kapetakan

Kegiatan ini rutin dilakukan dan pesertanya tidak dari ibu – ibu dan bapak – bapak pun ada, dari pantuan PegagankidulNews peserta ngaji reboan dihadiri 30 orang.

art@beng.com

ARAK - ARAKAN

Pegagan Kidul (11-6-13)- sudah menjadi tradisi di wilayah desa pegagan kidul saat mengadakan hajatan khitanan tentunya akan melaksanakan arak-arakan. arak arakan itu biasanya mengitari desa sendiri ataupun keliling sekedarnya. intinya arak - arakan itu persembahan dari tuan hajat untuk pergi *ngembang ke makam leluhur dari yang punya hajat.

Arak - arakan ini biasanya di libatkan beberapa rombonngan, untuk yang barisan pertama sebagai pengendara si yang khitan biasanya adalah kuda yang di hias, untuk barisan berikutnya adalah penghibur masyarakat biasanya adalah orang yang memakai kostum buta atau kostum apapun, sifatnya hanya sekedar menghibur, untuk barisan ketiga adalah rombongan tukang musik.

Itupun arak – arakan yang sifatnya sederhana, ada yang sifatnya mewah dengan berbagai macam rombongan dan berbagai macam hiburan untuk mengawal yang khitan untuk pergi *ngembang.

Tradisi ini sebenranya tidak wajib tapi karena sifatnya menyenangkan anak yang sedang di khitan harus dan tidak harus tapi demi menyenangkan maka tradisi ini tercipta di masyarakat pegagan kidul mungkin saja tradisi ini sudah ada di seluruh Cirebon.

art@beng.com

ASAL MUASAL DESA PEGAGAN KAPETAKAN

Sebelum menjadi Desa Pegagan, wilayah ini dahulu kala terdiri dari hutan-hutan dan banyak rawa-rawanya. Karena hutan tersebut dipisahkan olah rawa-rawa dan sungai, maka Sunan Gunung Jati memberi nama wilayah itu Pulau Raja. Kemudian setelah hutan-hutan dibabad dan dibakar maka jadilah hamparan pesawahan yang sangat luas. Oleh penduduk tanah tersebut dijadikan lahan pertanian, disebut Pegagan. Maka bermukim di padukuan, sekarang Desa Dukuh. Melihat kesuburan tanah di Pegagan dan luasnya lahan yang tersedia, maka banyaklah penduduk yang berdatangan untuk ikut menggarap sawah dan ladang. Lambat laun karena banyak yang bermukim di Pegagan tersebut, maka jadilah perkampungan yang disebut kampung Pegagan, asal kata dari Pegagaan.

Untuk memimpin perkampungan yang disebut kampung tersebut, Sunan Gunung Jati menetapkan murid Mbah Kuwu Cirebon bernama Syekh Mukhamad yang berasal dari Syam dan terkenal dengan sebutan Syekh Mengger (Monggor).

Namun Ki Mengger tidak lama menjadi gegeden daerah tersebut karena ia diminta pulang oleh orang tuanya untuk menajadi pemimpin negeri Syam. Sebagai penggantinya Sunan Gunung Jati menunjuk Patih unggulannya yang bernama Ki Banjaran dengan gelar Ki Cangak Putih. Ia dibantu putrinya yang bernama Nyi Mas Ayu Kendini yang berwajah cantik, beliau rajin membantu orang tuanya dalam mengolah sawah dan juga ikut meluaskan wilayah dengan membakar hutan sehingga wilayah itu semakin luas.

Disamping itu ia juga trampil mengatur tata praja, maka tidak menghereankan apabila peran Nyi Mas Ayu Kendini semakin terkenal. Saking kagumnya penduduk terhadap Nyi Mas Ayu Kendini atas kepandaian dan kecantikannya, maka dijuluki Bidadari Dwei Nawang Wulan. Pemandian Dewi Nawang Wulan sampai sekarang masih ada di komplek makam benjaran namanya Balong Widadaren.
Wilayah kampung Pegagan sangat luas dan memanjang ke barat sampai ke wilayah Panguragan (Blok Gempol Murub), bahkan ada wilayah Pegagan yang berada di daerah simbal Cantilan Jagapura yang luasnya kurang lebih 5 hektar. Hal ini di sebabkan pembakaran hutan yang dilakukan oleh Nyi Mas Ayu Kendini yang apinya meletuk terbawa angin dan jatuh di Daerah Simbal. Sekarang Wilayah tersebut sudah resmi masuk di Wilayah Jagapura melalui musyawara antara Kuwu Pegagan dan Kuwu Jagapura.

Dengan Pimpinan Ki Ageng Putih dan Putrinya, kampung pegagan bertambah maju, tertib dan teratur, penduduknya subur makmur tidak kurang sandang pangan.
Perkampungan Pegagan mampunyai Cantilan :
1. Cantilan Dukuh
2. Cantilan Kroya

Nyi Mas Ayu Kendini terkenal bukan karena pandai mengatur tata praja dan keterampilan serta peretanian saja, tetapi juga karena kecantikannya. Sehingga banyak pemuda yang tergila-gila pada putri Sekar Kedaton Pegagan. Diantaranya yang pertama-tama datang melamar ialah Rambit, lamaran itu langsung diterima oleh Ki Benjara tanpa berunding dengan putrinya. Padahal putrinya tidak mencintainya. Saat pernikahan akan dilangsungkan, Ki Benjara serta orang-orang Pegagan sangat kaget, karena putri Sekar Kedaton ada yang menculiknya. Tentu saja R.Ambit sangat murka dan tanpa banyak tutur lagi segera lari mengejarnya.

R.Sambarasa murid Ki Ageng Jopak atau Ki Gede Kaliwedi yang baru menyelesaikan tapanya dialas jatianom, ditengah alas itu ia melihat R. Sembaga yang sedang menggendong. Nyi Mas Ayu Kendini dalam keadaan pingsan. Tentu saja hal ini menimbulkan kecurigaan pada diri R. Sambarasa. Ia meminta kepada R. Sembaga untuk menurunkan putri itu dari gendongannya, tetapi R.Sembaga untuk menolaknya, terjadilah perang tanding yang sangat seru, masing-masing mengeluarkan ilmunya. Tetapi lama kelamaan R.Sembaga merasa terdesak dan lari meninggalkan musuhnya. Kemudian R.Sambarasa menyembuhkan Nyi Mas Ayu Kendini dari pingsannya, dan diajaklah pulang ke orang tuanya di Pegagan, tetapi Nyi Mas Ayu Kendini menolaknya dan mengajak R.Sambarasa untuk pergi jauh dan menika disana. Mendengar pernyataan Nyi Mas Ayu Kendini yang tulus maka R.Sambarasa berdiam diri tidak sampai hati menolaknya. Namun pembicaraan itu terputus karena kehadiran R. Ambit yang langsung menyerangnya duduk masalahnya, tetapi R. Ambit tetap tidak percaya, hingga terjadilah perang tanding yang sangat seru, yang kedua-duanya mengeluarkan ilmu andalannya. Tetapi lama kelamaan R. Sambarasa dapat dirobohkan oleh R. Ambit dan ditendangnya ke dasar jurang. Setelah siuman R. Sambarasa menemui gurunya Ki Gede Kaliwedi.

Kembalinya Nyi Mas Ayu Kendini ke Pegagan disambut gembira oleh rakyat Pegagan, lebih lebih orang tuanya Ki Benjara.

Untuk tidak membuang waktu segera Ki Benjara melangsungkan pernikahan dengan R.Ambit. Tetapi lagi lagi mengalami kegagalan karena kehadiran Ki Ageng Jopak yang datang menuntut balas atas kekalahan R.Sambarasa muridnya, apalagi posisi muridnya adalah benar, maka tanpa banyak bicara lagi langsung Ki Ageng Jopak menyerang R.Ambit. Untunglah bon memisahkannya dalam garis penuturan bukan jodohnya tetapi jodoh R.sambarasa.

Di Keraton Kedaton, Sinuhun Gunung Jati kedatangan tamu dari tanah seberang yang maksudnya mau menjemput Ki Benjara bersama keluarganya untuk dinobatkan menjadi raja di negerinya. Mendapat permintaan itu, Sunan Gunung Jati dan Mbah Kuwu tidak bisa menolaknya. Selanjutnya Ki Benjara bersama dengan Nyi Mas Ayu Kendini dan suaminya R.Sambarasa berpamitan kepada Sunan Gunung Jati serta Mbah Kuwu Ki Cakrabuana untuk meninggalkan Pendukuhan Pegagan. Adapun untuk gegedennya Pedukuhan Pegagan diserahkan pada Syekh Magelung Sakti yang ada di Pedukuhan Karang Kendal.

Memasuki Abad 17 tepatnya tahun 1628 tentara mataram dibawah pimpinan Sultan Agung menyerang Belanda di Batavia. Serangan ini gagal, karena kekurangan makanan dan serangan penyakit malaria. Memang saat itu transportasi tidak mudah seperti sekarang, maka kegagalan ini oleh pimpinan tentara Mataram di jadikan pengalaman untuk serangan berikutnya.

Seluruh pasukan diperintahkan untuk melucuti senjatahnya dan di kumpulkan lalu di kubur berjajar dua, makanya dari Cirebon sampai Indramayu terutama Kapetakan dan Cirebon Utara hamper di setiap desa di pinggir jalan raya ada makam berjajar dua, hal ini dilakukan sesmata-mata untuk mengelabui Belanda.

Pada suatu saat kampung Pegagan dan Karang Kendal disinggahi tentara Mataram yang membaur dengan penduduk dan banyak pula yang melakukan paerkawinan dengan penduduk setempat. Mereka memilih tempat di tengah yaitu di Desa Dukuh, karena tempatnya agak sepi jauh dari jalan raya tetapi mudah menghubunginya manakala ada berita perjuangan. Rombongan ini dipimpin oleh Raden Antrawulan yang menetap di Dukuh.

Memasuki abad 18 tepatnya tahun 1808, Gubernur Jenderal Belanda Deanless merombak susunan tata praja, khususnya di tanah jawa, yaitu :
1. Raja-raja akan digaji oleh Belanda dan tidak boleh mengambil Pajak kepada masyarakat.
2. Pergantian Sultan khususnya di Cirebon dicampuri oleh Belanda.
3. Adipati yang menguasai Kadipaten diganti dengan Bupati yang menguasai Kabupaten serta dapat gaji dari Belanda.
4. Ki Gede / Ki Ageng diubah menjadi Kuwu dan medapat bengkok.

Peninggalan sesepuh Pegagan yang perlu dilestarikan adalah:
1. Ki Jati bereupa kayu jati yang telah memfosil, terletak di depan Balai desa Pegagan Kidul, yang memiliki makna hati-nati dalam mengendalikan pemerintahan.
2. Makam Tumpeng, asalnya dari buah tumpeng yang dikubur berada di sebelah utara Balai Desa Pegagan Kidul, memiliki makna dalam mengendalikan pemerintahan Desa harus lempeng dan jujur.
3. Balong Dalem, memiliki makna hendaknya berpikir yang dalam dan sabar ketika menghadapi masalah yang timbul di masyarakat. Balong Dalem ada di sebelah timur Balai Desa Pegagan Kidul.
4. Buyut Semut ada di sebelah timur Balong Dalem yang memiliki makna harus emut, eling kepada yang Maha Kuasa jangan sampai bertindak angkara murka.

Pada saat Cirebon membara sekitar tahun 1816 – 1818 yang dikenal Perang Kedodongdong, yaitu perlawanan masyarakat Cirebon terhadap penjajahn Belanda dibawah pimpinan Begus serit. Hampir seluruh kuwu yang berada di wilayah Cirebon membantu perjuangan tersebut, baik yang terang-terangan maupun yang dibawah tanah, khususnya kuwu dan masyarakat perjuangan itu, diantaranya adalah tokoh-tokoh Ki Belang, Ki Laisa, Ki Salam dan Ki Lamus (Ki Tika).

Alat yang digunakan semasa perjuangannya, yang sekarang berupa benda pusaka dan masih tersimpan oleh anak cucunya, diantaranya adalah tombok, arti yang biasa berjalan sendiri, bendera waring dan baju antakesuma.

Desa Pegagan mengalami pemekaran pada tahun 1981, menjadi Desa Pegagan Kidul dan Desa Pegagan Lor.

Adapun nama-nama Kepala Desa yang diketahui adalah Desa Pegagan Kidul, sejak tahun 1908 :

1. Ki Narpijan
2. Ki Baijan
3. Ki Laisa
4. Ki Sam
5. Ki Kasem
6. Ki Resmi
7. Ki Salam
8. Ki Kemisat
9. Ki Samad
10. Ki Silem
11. Ki Nerfan
12. Ki Akim
13. Ki Wasiem
14. Ki Sesmpit
15. Sarbinga
16. Ki Ketimpen
17. Ki Dir
18. Ki Kireja
19. Ki Kasti
20. Ki Lampar/Kiwarasesntika
21. Ki Ketimpen
22. Ki Jiyem
23. Ki Suwada
24. Ki Madrais
25. Ki Wangen
26. Ki Muna
27. Ki Lebon
28. Ki Dasnia
29. Ki Padmanegara
30. Ki Darisem
31. Ki Senjani / H.Bakri
32. Ki Darmi
33. Ki Tuba
34. Ki Kamsia
35. Ki Wardeni
36. Ki Arja
37. Ki.H Ali
38. Ki Wangsa
39. Ki Bulyamin
40. Ki Abdulah Sajan
41. Ki Sabil Supeno : – 1969
42. Ki H. Kasanah : 1969 – 1981
43. Ki H. Maksudi (Pjs) : 1981 – 1985
44. Ki H. Dasita : 1985 – 1995
45. Ki Wadira : 1995 – 2003
46. Ki Rusdi : 2003 – 2013.
47. Nyi Yayah Juariah : 2013 - Sekarang


Desa Pegagan Lor :
1. Ki Dalisa (Pjs) : 1981
2. Ki Dalisa : 1981 – 1993
3. Ki Rokhmat : 1993 – 2003
4. Ki Dedi Asmadi : 2003 – 2011
5. nyi Hj ii : 2013

art@beng.com

As – Shobirin Hadrah Marawis

Kapetakan, Hadrah Marawis As-Shobirin adalah salah satu Hadrah yang lahir dari sebuah kompetisi di salah satu televisi lokal Cirebon pada tahun 2011, As-shobirin mendapatkan juara ke 2. Bisa dibilang kompetisi itu sebagai tolak ukur Hadrah se wilayah 3 cirebon, karena peserta kompetesi itu diikuti dari berbagai wilayah.

Dengan usia nya yang menginjak 2 tahun kini As-Shobirin menjadi Hadrah Marawis kebanggaan masyarakat, bukan saja dari Desa Pegagan Kidul akan tetapi masyarakat Kapetakan, dan tidak hanya show di kawasan sendiri alias local akan tetapi As-Shobirin pernah sudah menjajal show di berbagai kota, misalnya di Bandung, Jakarta, Indramayu, Jawa Tengah baik acara resmi yang di undang instansi pemerintah ataupun dari orang hajatan.

Dengan di arsiteki oleh A. Djunaedi,S.Ag selaku owner As-shobirin mempunyai talenta – talenta muda yang berbakat, dengan personil Joni, Boni, Saudi, Salim, Sahron, Beben, dengan vokalis Kholifah, dan 3 vokal tambahan.

Kini As-Shobirin siap meramaikan khasanah lagu nuansa Islami di wilayah 3 cirebon bahkan siap ke jenjang khasanah musik nasional.

art@beng.com